Fiber to the Home (disingkat FTTH)
merupakan suatu format penghantaran isyarat optik dari pusat penyedia
(provider) ke kawasan pengguna dengan menggunakan serat optik sebagai medium
penghantaran. Perkembangan teknologi ini tidak terlepas dari kemajuan
perkembangan teknologi serat optik yang dapat mengantikan
penggunaan kabel konvensional. Dan juga didorong oleh keinginan untuk
mendapatkan layanan yang dikenal dengan istilah Triple Play Services yaitu
layanan akan akses internet yang cepat,
suara (jaringan telepon, PSTN) dan video (TV
Kabel) dalam satu infrastruktur pada
unit pelanggan.
Penghantaran dengan menggunakan teknologi FTTH ini
dapat menghemat biaya dan mampu mengurangkan biaya operasi dan memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan. Ciri-ciri inheren serat optik
membenarkan penghantaran isyarat telekomunikasi dengan lebar jalur yang lebih
besar dibandingkan dengan penggunaan kabel konvensional[1].
Dari gambar mengilustrasikan arsitektur umum dari
suatu jaringan FTTH. Biasanya jarak antara pusat layanan dengan pelanggan dapat
berkisar maksimum 20 km. Dimana pusat penghantaran penyelenggara layanan
(service provider) yang berada di kantor utama disebut juga dengan central
office (CO), disini terdapat peralatan yang disebut dengan OLT.
Kemudian dari OLT ini dihubungkan kepada ONU yang ditempatkan di rumah-rumah
pelanggan (customer's) melalui jaringan distribusi serat optik (Optical
Distribution Network, ODN). Isyarat optik dengan panjang gelombang (wavelength)
1490 nm dari hilir (downstream) dan isyarat optik dengan panjang gelombang 1310
nm dari hulu (upstream) digunakan untuk mengirim data dan suara.
Sedangkan layanan video dikonversi dahulu ke format
optik dengan panjang gelombang 1550 nm oleh optik pemancar video (optical video
transmitter). Isyarat optik 1550 nm dan 1490 nm ini digabungkan oleh pengabung
(coupler) dan ditransmisikan ke pelanggan secara bersama. Singkatnya, tiga
panjang gelombang ini membawa informasi yang berbeda secara simultan dan dalam
berbagai arah pada satu kabel serat optik yang sama.
Komponen
utama
1.
Terminal Saluran Serat Optik (Optical
Line Terminal, OLT) biasa ditempatkan pada pusat penyedia
layanan provider (CO) untuk menghantarkan isyarat layanan kepada setiap
pengguna dalam jaringan rangkaian sistem, dan OLT juga merupakan titik
aggregasi suara dari PSTN, data dari penghala dan
video melalui berbagai bentuk sebagai medium penghantaran[2].
2.
Unit Jaringan Serat Optik (Optical
Network Unit, ONU) adalah peralatan yang digunakan diakhir
jaringan untuk memberikan layanan-layanan yang disediakan kepada pelanggan[3].
Layanan data (internet), suara (telepon) dan video (TV
Kabel) diberikan dari ONU kepada pelanggan pengguna melalui penghantaran media
yang sesuai.
Secara umum, teknologi FTTH terdiri daripada tiga
jenis topologi jaringan[4], jaringan titik ke titik, jaringan
serat optik aktif dan jaringan serat optik pasif.
Jaringan
titik ke titik (Point to Point)
Jaringan titik ke titik (P2P)
merupakan rancangan jaringan FTTH yang paling ringkas, dimana isyarat dihantar
terus dari CO kepada setiap pelanggan dengan satu serat optik dan laser yang
terpisah berdasarkan IEEE 802.3ah. Serat optik bentuk tunggal digunakan untuk
isyarat bolak-balik dengan satu kabel serat optik sampai pertukaran setempat
(Local Exchange) dan kemudian dipisah untuk masing-masing pelanggan pengguna
akhir (End User).
Jaringan
serat optik aktif (active optical network, AON)
Jaringan serat optik aktif merupakan
rangkaian titik ke banyak titik (Point to Multi Point, P2MP), penggunaan
teknologi ini terbatas karena biayanya sangat tinggi. Peralatan-peralatan aktif
yang digunakan dalam jaringan AON termasuk optical switch,
memerlukan tenaga listrik.
Jaringan
serat optik pasif (passive optical network, PON)
Jaringan serat optik pasif juga
merupakan jaringan P2MP hampir sama dengan AON. Perbedaannya dimana pada titik
komponen aktif digantikan oleh pencerai optik pasif (passive optical
splitter). Jika dibandingkan dengan jaringan jenis AON, pemasangan jaringan
jenis PON adalah lebih mudah dan murah serta tidak menggunakan komponen elektronik aktif sehingga mengurangi biaya
pemeliharaan peralatan.
Pencerai optik pasif
Pencerai optik pasif atau juga disebut dengan splitter yang
digunakan dalam jaringan P2MP memiliki satu masukan dan banyak (multiple)
keluaran dan bersifat pasif karena tidak memerlukan sumber energi eksternal.
Rugi-rugi atau kehilangan daya optik pada pencerai serat optik pasif ini
disebut juga splitter rasio, biasanya dinyatakan dalam decibel (dB) dan ini terjadi terutama
bergantung kepada jumlah keluaran dari pencerai tersebut, sebagai contoh,
masukan sinyal optik dibagi rata di kaskade atau cabang-cabang; misalnya sebuah
splitter 1x2 hanya memiliki dua cabang maka kemungkinan kehilangan sisipan (insertion
loss) adalah 3 dB (50% pada setiap keluaran); jika pada splitter 1x4, maka
akan ada dua cabang ditambahkan ke masing-masing kaki 1x2, kehilangan akan
bertambah lagi 3 dB sehingga menjadi 6 dB; jika dalam splitter 1x8 dua cabang
atau 1x2 split akan ditambahkan ke masing-masing kaki 1x4, sehingga kembali
ditambahkan 3 dB sehingga total kehilangan menjadi 9 dB, dan begitu seterusnya.
Jumlah cabang keluaran
|
Kehilangan sisipan (dB)
|
2
|
3
|
4
|
6
|
8
|
9
|
16
|
12
|
32
|
15
|
64
|
18
|
Pencerai optik dapat dikemas dalam berbagai bentuk dan
ukuran serta bergantung kepada teknologi yang digunakan, paling umum dibuat
dengan menggunakan kaedah gelombang pandu planar, namun ada juga dengan
menggunakan teknologi fused-biconic taper (FBT).
Teknologi akses PON[sunting | sunting
sumber]
Dalam pembangunan jaringan dengan teknologi PON,
dimana isyarat hilir dari OLT dikirim ke pencerai serat optik untuk digunakan
bersama oleh setiap ONU. Semakin panjang jarak feeder serat optik maka
pelemahan optik akan semakin tinggi, namun split ratio maksimum berkurang.
Sedangkan untuk isyarat hulu dihantar dari ONU ke OLT. Terdapat 4 jenis
teknologi berbagai akses penghantaran isyarat untuk digunakan secara bersama
pada suatu teknologi jaringan PON tunggal diantaranya seperti[4]:
1.
Akses Berbagai Pembahagian Waktu (Time
Division Multiple Access, TDMA)
2.
Akses Berbagai Pembahagian Pembawa Sub
(Subcarrier Division Multiple Access, SCMA)
3.
Akses Berbagai Pembahagian Panjang
Gelombang (Wavelength Division Multiple Access, WDMA) dan
4.
Akses Berbagai Pembahagian Kode Optik
(Optical Code Division Multiple Access, OCDMA)
Protokol PON
Berikut ini protokol PON yang telah sepakati oleh IEEE
dan ITU,
Protokol PON
|
APON/BPON
|
EPON/GEPON
|
GPON
|
Standar
|
ITU-T G.983
|
ITU-T G.984
|
IEEE 802.3ah
|
Penghantaran
|
ATM
|
ATM, TDM, Ethernet
|
Ethernet
|
Biaya
|
Rendah
|
Sedang
|
Paling rendah
|
Lebar jalur hulu
|
155 Mbps
|
1.5 Gbps
|
1.25 Gbps
|
Lebar jalur hilir
|
622 Mbps
|
2.5 Gbps
|
1.25 Gbps
|
Penerapan
Aplikasi FTTH di Indonesia
Sekarang dengan begitu pesatnya perkembangan kebutuhan
akan Layanan Internet dan aplikasi multimedia lainnya, teknologi FTTH saat ini
telah menjadi salah satu solusi untuk dapat memberikan layanan Triple
Play yang terdiri dari Data (Internet atau Intranet), Voice/Suara (VoIP)
dan Video (Interaktive TV dan Multimedia) di dalam satu
infrastruktur yang praktis.
Sebagai perbandingan sejak tahun 2007 di Jepang, hampir 70% masyarakat Jepang adalah pengguna internet,
dan bersamaan dengan itu, minat masyarakat menjadi pelanggan FTTH juga
meningkat pesat seiring dengan menurunnya minat akan Digital Subscriber
Line (DSL)[5]. Sedangkan di Indonesia keinginan
masyarakat akan internet masih rendah, dan tentunya alih teknologi kepada FTTH
itu sendiri belum berpengaruh signifikan.
Saat ini di kota-kota besar Indonesia seperti Jakarta, kebutuhan akan akses internet yang cepat
sudah cukup tinggi dibandingkan dengan kota-kota lainnya, sehingga keinginan
untuk beralih ke FTTH tentunya sudah menjadi gaya hidup tersendiri.
Pemasangan jaringan instalasi serat
optik merupakan bahagian yang paling mahal dalam investasi teknologi ini. Beberapa metode
instalasi yang telah diperkenalkan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain
seperti, anggaran yang disediakan, pilihan topologi jaringan, teknologi akses
dan protokol, budaya masyarakat sekitar serta estetika. Berikut ini ada tiga metoda yang telah
diimplementasikan dalam pemasangan instalasi jaringan serat optik[6]:
1.
Instalasi bawah tanah (direct burial)
2.
Instalasi dalam pipa (duct installation)
3.
Instalasi udara (aerial installation)
The link budget]
Link budget merupakan perhitungan keadaan sebenarnya yang
harus dilakukan dalam menentukan beberapa masukan untuk sistem parameter yang
akan digunakan dalam aplikasi FTTH. Beberapa pertimbangan yang diperlukan dalam
perhitungan ini antaranya besaran sinyal optik dan noise. Faktor ini sangat
penting untuk dihitung agar jaringan serat optik benar-benar telah sesuai
dengan spesifikasi standar seperti yang direkomendasikan dari ITU dan IEEE.
Pengukuran dan pengujian
Untuk mendapatkan performa yang baik, dan bebas dari
kemungkinan kesalahan dalam penghantaran layanan kepada konsumen, maka setiap
jaringan instalasi serat optik perlu diuji dan diukur terlebih dahulu. Berikut
ini beberapa peralatan optoelektronik yang biasa digunakan dalam
pengukuran dan pengujian tersebut:
Dalam pengukuran dan pengujian, salah satu dari kedua
peralatan ini biasanya mesti memiliki kemampuan dalam menguji serat optik pada
panjang gelombang 1310 nm, 1490 nm, 1550 nm[7], dan 1625 nm[6].
Tujuan utama dari pengujian instalasi serat optik ini
adalah untuk menjamin kontinuitas dan kehandalan jaringan dalam memberikan
layanan kepada pelanggan. Selain itu juga dapat mengurangi biaya perawatan,
waktu yang diperlukan dalam memulihkan jaringan akibat kemungkinan ganguan
(faulty) dari komponen-komponen optik yang digunakan seperti konektor
(connector) atau sambungan serat optik (splice).
No comments:
Post a Comment